Di sebuah kota kecil... View More
Di sebuah kota kecil di Indonesia, hiduplah seorang pria bernama Ahmad. Ahmad dikenal sebagai seorang yang rajin dan tekun dalam pekerjaannya sebagai guru. Meski demikian, Ahmad merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Dia merasa seperti belum menemukan jalan yang benar-benar sesuai dengan dirinya.
Suatu hari, saat sedang membaca Al-Qur’an, Ahmad menemukan sebuah ayat yang menarik perhatiannya. Ayat tersebut adalah Al-Isra ayat 84: “Katakanlah: tiap-tiap kalian beramal/bekerja/berbuat menurut syakilah-nya masing-masing.” Ahmad bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan “syakilah.”
Ahmad memutuskan untuk mendalami lebih jauh. Dia menemukan tafsir dari ulama besar seperti Buya Hamka yang menjelaskan bahwa syakilah adalah pembawaan lahir dan hasil pengkondisian lingkungan. Ahmad mulai memahami bahwa setiap orang memiliki keunikan tersendiri yang membentuk cara mereka bekerja dan beramal.
Beberapa minggu kemudian, Ahmad bertemu dengan temannya, Budi, yang baru saja kembali dari sebuah seminar tentang Human Design. Budi dengan antusias menceritakan bagaimana Human Design telah membantunya memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Ahmad merasa tertarik dan meminta Budi untuk menjelaskan lebih lanjut.
Budi menjelaskan bahwa Human Design adalah sebuah sistem yang menggabungkan astrologi, I Ching, Kabbalah, dan chakra untuk memberikan wawasan mendalam tentang kepribadian dan potensi seseorang. Human Design membantu seseorang mengenali cetak biru diri sejati mereka, mirip dengan konsep syakilah dalam Islam.
Ahmad semakin penasaran. Dia berpikir, jika Al-Qur’an sudah menyebutkan pentingnya bekerja sesuai dengan syakilah, maka mungkin Human Design bisa membantunya memahami lebih dalam tentang syakilah dirinya. Ahmad memutuskan untuk mempelajari Human Design.
Setelah beberapa bulan mendalami Human Design, Ahmad merasa seperti menemukan kunci yang hilang dalam hidupnya. Dia memahami bahwa dia adalah seorang Projector, yang artinya dia lebih cocok untuk memandu dan memberikan arahan daripada melakukan pekerjaan yang memerlukan energi fisik terus-menerus. Ahmad mulai mengubah cara dia bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Dia merasa lebih selaras dengan dirinya sendiri dan lebih puas dengan hidupnya.
Ahmad juga mulai mengajarkan konsep Human Design kepada murid-muridnya, menggabungkannya dengan nilai-nilai Islam. Dia menunjukkan bagaimana mengenal diri sendiri bisa membantu mereka menjalani hidup yang lebih bermakna dan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an.
Cerita Ahmad menyebar di kota kecil itu, dan banyak orang yang tertarik untuk mempelajari Human Design. Mereka menemukan bahwa, seperti yang diajarkan dalam Al-Qur’an, setiap orang memiliki jalan uniknya sendiri yang harus diikuti. Dengan mengenal diri melalui Human Design, mereka bisa lebih memahami syakilah mereka dan menjalani hidup yang lebih autentik dan bermakna.
Notes:
Informasi lebih lanjut terkait Human Design, silahkan klik dan masuk ke https://humandesign.merancangkehidupan.id
Dimas Satya Lesmana S.T., M.B.A.
Chief