Pernahkah k... View More
Pernahkah kamu merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar “aku”? Bahwa mungkin, di balik tubuh dan pikiranmu, ada satu kesadaran yang sama dengan yang menghidupi semua manusia, semua makhluk?
Gambar yang kami sajikan kali ini adalah sebuah refleksi mendalam. Diiringi kutipan dari Erwin Schrödinger, fisikawan peraih Nobel, ia berkata:
“The total number of minds in the universe is one. In fact, consciousness is a singularity phasing within all beings.”
— Erwin Schrödinger, 1933 Nobel Prize in Physics
Tafsir Visual: Simbolisme Kesatuan Kesadaran
Beberapa sosok manusia tanpa wajah digambarkan berjalan dalam satu jalur, kepala mereka dilalui oleh satu batang yang sama. Sebuah metafora visual yang dalam—bahwa kita semua mungkin hanyalah ekspresi dari satu kesadaran universal, yang sedang memerankan banyak wajah dalam satu panggung besar bernama kehidupan.
Satu batang = satu kesadaran.
Banyak tubuh = banyak peran.
Kesadaran = satu.
Tapi, Bagaimana Dengan Ajaran Agama?
Pertanyaan penting muncul: Apakah ini bertentangan dengan dogma agama tentang jiwa dan ruh?
Jawabannya: Tidak, jika kita memahami pada level yang lebih dalam.
Dalam Islam:
Ruh adalah urusan Tuhan (QS Al-Isra: 85). Ruh ditiupkan ke dalam manusia, tapi asalnya dari sumber Ilahi yang sama. Dalam ajaran tasawuf, dikenal istilah Wahdatul Wujud—bahwa seluruh ciptaan adalah manifestasi dari satu Wujud Ilahi.
Rumi bahkan menyatakan:
“Aku bukan aku. Aku adalah Dia yang menciptakan aku.”
Dalam Kekristenan:
Mistikus seperti Meister Eckhart pernah berkata bahwa di balik semua bentuk, yang ada hanya Tuhan sebagai pusat keberadaan. Jiwa manusia hanyalah cermin dari kehadiran Ilahi.
Dalam Hindu dan Buddha:
Dikenal konsep bahwa Atman (jiwa individu) sejatinya adalah Brahman (kesadaran semesta). Bahkan Buddhisme melangkah lebih jauh dengan mengajarkan anatta—bahwa tidak ada “diri” yang kekal, hanya aliran kesadaran universal.
Memahami Diri: Di Antara Individu dan Kesatuan
Di level dunia (syariat), kita memang individu dengan identitas dan tanggung jawab. Tapi di level hakikat (esoterik), kita adalah satu kesadaran yang sedang mengalami dirinya sendiri melalui berbagai bentuk.
“Kamu adalah ombak, tapi kamu juga laut.”
Kesadaran ini bukan untuk meniadakan peranmu sebagai pribadi. Justru dari titik ini, kamu bisa mulai menyadari bahwa setiap tindakan, setiap perasaan, dan bahkan setiap konflik adalah bagian dari skenario besar Sang Kesadaran.
Renungan untuk Kita Semua
Apa jadinya jika kamu bukan hanya ‘aku’, tapi juga ‘kamu’, dan ‘mereka’?
Bagaimana jika musuhmu sesungguhnya adalah bagian dari dirimu yang belum kamu kenali?
Bisakah kamu mengasihi sesama jika kamu menyadari bahwa mereka adalah dirimu sendiri—dalam bentuk lain?
Gambar ini bukan sekadar karya seni surealis. Ia adalah cermin. Cermin yang menantang kita untuk bertanya:
“Siapa aku, di balik semua topeng ego dan peran sosial?”
“Apakah aku benar-benar terpisah dari yang lain, atau hanya ilusi?”
Di Advance Life Designer Institute, kamu diajak bukan hanya mengenal blueprint unikmu melalui Human Design, tetapi juga menyadari peranmu dalam kesatuan semesta. Mari belajar bukan hanya untuk menjadi pribadi yang hebat, tapi jiwa yang sadar—bahwa kamu adalah bagian dari Sang Kesadaran itu sendiri.
Dimas Satya Lesmana S.T., M.B.A.
Chief